Selasa, 16 September 2014

Cerita Pendek

Dunia begitu sendu ketika aku tak banyak bicara dan mencoba berpaling dari aku yang semula. Langit meredup seolah jagad raya tak mendukung apa yang telah ku putuskan. Aku bukanlah manusia yang punya satu pendirian hidup, aku cuma remaja yang berharap banyak perubahan dalam hidupku. Banyak yang bisa ku kagumi dari apa yang pernah ku lihat dan ku dengar. Aku bisa menyimpulkan banyak kejadian dengan akal ku, terkadang aku suka berimajinasi yang bahkan itu tak mungkin terjadi.
Ada banyak faktor yang biasa membuatku sedih. Apalagi menyangkut masa lalu dan keluargaku. Aku lebih suka diam daripada banyak ngomong nggak jelas yang ujung-ujungnya juga nyakitin orang lain. Dosa tau! Baru saja aku bersenang-senang dari semua yang menekan otak ku, tapi begitu aku tiba di kandang macan ini kau datang tak hanya menekan otakku. Kau menghancurkan semua yang masih membekas indah dari beberapa detik yang lalu. Aku tidak pernah berharap dilahirkan jika aku tau seperti inilah takdir yang ku terima. Aku akan pergi, bener-bener pergi dari pandangan mata dan kerinduan mu.
Aku tak butuh semua omong kosong kalian. Aku tak butuh semua nasihat palsu yang hanya akan memperumit kehidupanku. Aku tidak tau kenapa aku dilahirkan dari orang sepertimu? Aku hanya tidak ingin durhaka melawan mu tapi aku tidak suka dengan cara mu memperlakukan ku. Semua adalah pilihan dan aku sangat membenci pilihan itu.
Dalam keadaan yang seperti ini kau tau siapa yang paling ku hujat sebagai penimbul masalah? Ayahku. Semua ini adalah salah ayahku. Dia menelantarkan kami hingga kami merasa kuat berdiri sendiri. Aku benci semua yang terjadi padaku. Kenapa bukan orang lain yang seperti ini? Kenapa harus aku yang merasa seperti ini? Kenapa hanya aku yang terlalu bodoh untuk menikmati hidup?
Detik demi detik waktu perjalanku hanya akan ku lalui dengan tangis penyesalan. Mereka pernah bilang tidak boleh menyesali takdir tuhan, memangnya kenapa tuhan menciptakan aku seperti ini adanya? Kenapa aku tidak lebih baik meskipun aku sudah berusaha. Aku tak ingin seperti ini, selalu ingin mati dan hidup cukup sampai disini. Aku gak tau gimana rasanya jadi keluarga bahagia lengkap dan pergi kemana-mana selalu bersama. Aku tak pernah merasakannya. Kau tau apa yang ada dipikiranku? Aku hanya berfikir kapan pelangi indah bisa ku lihat tanpa hujan sebelumnya? Aku tak pernah menduga, sedetik pun kebahagiaan itu ku rasakan pasti akan beribu airmataku yang turun mewakili tawa tipuan itu. Aku lelah terus seperti ini. Aku ingin meresakan kegilaan yang lebih indah, bukan seburuk dan segelap ini. Bukan, bukan seperti ini.